Mengenal Seluk-Beluk Otaku di Indonesia

Otaku, bagi kebanyakan orang istilah ini diartikan sebagai sebuah ‘gelar’ bagi penggemar hal-hal yang berbau Jepang, terutama anime, manga, superhero, game, atau musik. Otaku lebih mengarah kepada orang yang terobsesi dengan produk ‘komersial’ yang dijual untuk mendapatkan kentungan, sebut saja action figure, model kit, DVD, atau game. Produk tersebut mengangkat konsep dari tokoh anime atau super hero khas Jepang. Seorang Otaku sendiri menghabiskan cukup banyak uang untuk melengkapi koleksinya tersebut. Bahkan, mereka juga merasa bangga dengan predikat yang disandangnya. Di dunia maya, tidak sulit menemukan orang yang mendedikasikan dirinya sebagai Otaku sejati.

(foto: animekato.com)

Definisi Otaku
Menurut Wikipedia, istilah otaku merepresentasikan orang yang benar-benar menekuni hobi tertentu. Selain itu, kata ini juga digunakan sebagai kata ganti untuk orang kedua yang lebih sopan. Atau, kita lebih suka menyebutnya dengan kata ‘Anda’. Dalam bahasa Inggris, istilah otaku ini sepadan dengan freak atau geek. Dilihat dari konteks subkultur Jepang, istilah ini lebih cocok jika digunakan untuk menyebut penggemar berat anime atau manga. Sejak 1990-an, otaku digunakan untuk merepresentasikan penggemar fanatik/obsesif tersebut. Otaku mempunyai konotasi positif dan negatif. Dilihat dari sisi positifnya, istilah ini digunakan untuk menyebut para ahli yang menekuni bidang tertentu sampai mereka bisa memahaminya secara detail. Istilah otaku secara negatif adalah orang yang fanatik terhadap anime/manga atau subkultur Jepang lainnya sampai-sampai mereka jarang berkomunikasi dan bergaul dengan orang lain.

Anime, Manga, dan Tokusatsu
Anime merupakan istilah khusus untuk tayangan film animasi khas Jepang. Penggambaran tokohnya biasanya bermata besar (agak berbeda dengan kebanyakan orang Jepang yang bermata sipit). Cerita dalam anime sendiri biasanya diangkat dari manga (komik Jepang). Banyak sekali serial anime populer di Jepang. Bahkan, anime tersebut juga memikat jutaan penggemar di banyak negara, terutama di Indonesia. Dragon Ball, Doraemon, One Piece, Saint Seiya, dan Naruto adalah contoh anime yang paling laris di Jepang dan negara lain. Kisah dalam anime tersebut sangat variatif dan komikusnya benar-benar serius menggarap karyanya dengan tokoh, plot, dan background yang unik. Untuk saat ini, Naruto menjadi salah satu anime paling unggul. Anime ini pernah ditayangkan di stasiun TV lokal, tetapi tidak ditayangkan lagi karena banyak adegan kekerasan yang dianggap membawa dampak negatif bagi penontonnya. Salah satu sisi kontroversialnya adalah adegan pembunuhan shinobi (ninja) yang sangat sadis. Di salah satu episodenya, shinobi dibunuh dengan kepala terpenggal atau diambil jantungnya saat masih hidup. Adegan ini dikhawatirkan akan ditiru oleh anak-anak.

Otaku juga biasanya tertarik dengan Tokusatsu (istilah khusus untuk superhero khas Jepang). Serial Tokusatsu yang paling terkenal adalah Ultraman, Super Sentai, dan Kamen Rider. Konsep superhero di Jepang dan Barat agak berbeda. Kamen Rider sendiri sudah berusia lebih dari 45 tahun dan masih tetap tayang di Jepang sampai sekarang. Bahkan, serial Super Sentai cukup terkenal di Amerika dan di-remake dengan judul Power Rangers. Serial ini juga sangat terkenal di Indonesia, terutama bagi anak-anak. Uniknya, serial remake ini lebih terkenal daripada versi aslinya (Super Sentai) di Indonesia. Meskipun serial Power Rangers dibuat sekitar 2 tahun setelah versi aslinya ditayangkan di Jepang, Power Rangers lebih dulu ditayangkan di stasiun TV Indonesia.

Popularitas anime/manga dan tokusatsu tentu sangat berpengaruh bagi pertumbuhan ekonomi di Jepang. Produk andalannya adalah pernak-pernik dari serial TV tersebut. Banyak produsen dari Jepang yang menjual action figure dari tokoh animasi/anime dan mengekspornya. Salah satu produsen yang paling terkenal adalah Bandai. Harga untuk setiap action figure pun bervariasi mulai dari seratusan ribu sampai jutaan rupiah. Harga untuk action figure yang poseable tentu lebih mahal. Selain action figure, keuntungan juga bisa diambil dari produk model kit. Gundam adalah salah satu model kit yang diangkat dari serial anime di Jepang. Model kit biasanya dibuat berdasarkan skala tertentu mulai dari 1/144, 1/100, sampai 1/48. Harganya pun bervariasi mulai sampai jutaan rupiah. Bagi penggemar anime Jepang/otaku, harga tersebut tentu tidak terlalu menjadi masalah.

Game Elektronik Play Station
Otaku juga gemar memainkan game/permainan elektronik Jepang. Salah satu konsol yang paling terkenal di Jepang adalah Play Station. Konsol ini sudah ada sejak tahun 1990-an. Permainan yang ada dalam konsol ini sangat bervariasi, diambil juga dari serial anime/tokusatu khas Jepang. Salah satu game yang cukup menarik adalah Kingdom of Hearts yang memadukan tokoh-tokoh dalam game Final Fantasy dari Jepang dan tokoh Disney. Selain itu, game PC juga diproduksi untuk versi Play Station. Di Indonesia sendiri, permainan Play Station menjadi favorit bagi para gamer. Di daerah pinggiran sekalipun, tidak sulit untuk menemukan rental Play Station. Para pelajar biasanya melepas penat dan menghabiskan waktu luang untuk menikmati permainan ini. Meskipun tren sekarang sudah berubah menjadi game online, rental Play Station masih tetap diminati pengunjung.

Musik Jepang
Otaku tidak hanya ‘terobsesi’ untuk mengoleksi pernak-pernik khas anime, tetapi mereka juga menggandrungi musik Jepang. Salah satu band yang cukup digemari di Indonesia adalah L'Arc~en~Ciel. Berdiri sejak tahun 1991, band beraliran J-Rock ini mempunyai anggota tetap Hyde, Ken, Tetsuya, dan Yukihiro. Prestasinya di Jepang sangatlah menonjol dan memberikan pengaruh yang cukup besar bagi musik di Jepang. Saat menggelar konsernya di Indonesia, tiketnya pun langsung ludes. AKB48 juga menjadi idola anak muda atau otaku di Indonesia. Grup ini terdiri dari anggota yang paling banyak dibandingkan dengan grup lainnya. AKB48 terdiri dari 3 grup inti dan anggota pun secara periodik diganti. Video klip mereka selalu dicari di internet. Konsernya pun selalu ramai penonton. OST dari serial anime Jepang pun juga sering dicari oleh penggemar anime tersebut.

Pengaruh Budaya Jepang di Indonesia
Budaya Jepang sendiri mempunyai pengaruh yang cukup kuat di Indonesia. Budaya tersebut direfleksikaan dalam bentuk tren yang diusung oleh anak muda. Pengaruh tokusatsu juga mendurung beberapa kelompok anak muda kreatif di Indonesia untuk membuat tokoh superhero khas Indonesia yang digabungkan dengan konsep Tokusatu tersebut, contohnya seperti Pocongman. Karya yang patut diacungi jempol adalah Sphere dari Jeffry Sung. Musik Jepang juga menginspirasi industri musik tanah air. Kenal dengan band J-Rocks? Band ini terinspirasi oleh L'Arc~en~Ciel di Jepang. JKT48 juga tidak jauh beda dengan AKB48.

Meskipun komikus di tanah air tidak terlalu terkenal, mereka juga suka menggunakan teknik menggambar anime (tokoh dengan mata besar) untuk membuat komik mereka lebih menarik. Di toko-toko buku besar sekalipun, sangat mudah untuk menemukan buku teknik tutorial menggambar tokoh anime. Teknik menggambar ini cukup populer dengan ciri khas manga Jepang.

Suka download anime di internet? Agar penggemar kartun ala Jepang bisa memahami dialog dalam anime, tidak sedikit otaku yang mendedikasikan dirinya untuk bergabung ke fansub tertentu di internet. Fansub berasal dari kata fan-subtitled. Istilah ini lebih umum digunakan untuk anime atau serial tokusatsu. Mereka melakukannya dengan suka rela dan tanpa dibayar. Di Indonesia sendiri, komunitas fansub cukup banyak meskipun mereka cenderung menutupi identitas dirinya.

Penutup
Sikap masyarakat terhadap otaku ini pun beragam, pro kontra selalu ada. Bagi orang yang berpikiran negatif kepada kelompok yang mendedikasikan dirinya sebagai otaku, mereka cenderung dianggap kekanak-kanakan. Bagaimana tidak? Otaku suka mengoleksi action figure atau model kit dari anime/serial tokusatsu di Jepang. Koleksi tersebut biasanya dipandang sebagai mainan. Mereka pun menghabiskan banyak uang untuk membelinya. Bagi kebanyakan orang, kebiasaan ini dianggap sebagai pemborosan. Menonton film kartun/anime juga dianggap sebagai kegiatan anak kecil yang membuang-buang waktu. Tidak sedikit orang dewasa yang masih suka mengoleksi action figure atau malah mengenakan cosplay di event-event khusus. Sebaliknya, mereka cenderung tidak peduli dengan anggapan orang lain terhadap dirinya karena itulah hobi mereka. Otaku sendiri punyai tempat tersendiri dengan membentuk komunitas baik di dunia nyata atau internet. Mereka juga merasa percaya diri untuk menyelenggarakan event-event tertentu untuk menunjukkan minat mereka terhadap budaya Jepang.
Previous
Next Post »