Waktu yang ditempuh untuk mendapatkan gelar S1 (Sarjana) seharusnya adalah empat tahun. Namun, tidak semua mahasiswa bisa menyelesaikan studinya dalam 8 semester dan mendapatkan gelar sarjana seperti yang diidamkan sejak awal. Kehidupan kampus memang jauh berbeda dengan kehidupan selama studi di SMA atau SMP. Mahasiswa bebas mengenakan pakaian apa pun (tanpa seragam) selama masih sopan dan mematuhi peraturan di kampus tersebut. Proses belajar juga tidak selama saat mereka belajar di bangku SMA. Tetapi, proses belajar di bangku kuliah yang bisa jauh lebih lama dari waktu idealnya (4 tahun). Mahasiswa dengan masa studi empat tahun lebih atau tidak segera lulus sering disebut sebagai mahasiswa abadi. Apa yang menjadikan mereka 'abadi' di kampus?
(foto: hipwee.com)
Jumlah SKS Kurang Banyak
Dalam konteks kehidupan kampus, kebebasan adalah fleksibilitas dalam mengatur proses belajar. Mahasiswa tidak harus selalu mematuhi jadwal perkuliahan yang ditetapkan oleh kampus. Mereka bisa memilih mata kuliah mana yang akan ditekuni dalam satu semester. Setiap mata kuliah ditentukan dalam SKS dan mereka bisa mengambil maksimal 24 SKS dalam satu semester. Untuk mendapatkan gelar S1, harus dikumpulkan minimal 144 SKS (termasuk skripsi dengan nilai 6 SKS). Semakin banyak SKS yang didapatkan di tiap semester, semakin cepat kuliahnya. Namun, mereka tidak bisa mengambil 24 SKS sekaligus dalam satu semester jika IP di semester sebelumnya tidak memenuhi batas minimal, rata-rata 3 misalnya. Jadi, pencapaian di setiap semester memengaruhi cepat tidaknya kelulusan mahasiswa tersebut.
Sibuk di Organisasi
Tidak semua oritentasi mahasiswa adalah proses belajar atau selesai kuliah dalam waktu cepat. Terkadang, mereka lebih memprioritaskan kegiatan di organisasi daripada studinya. Biasanya, mahasiswa tipe ini berdalih bahwa pengalaman di organisasi jauh lebih penting karena bisa diterapkan secara langsung di masyarakat atau dunia kerja. Bagi mereka, kuliah adalah teori dan kegiatan dalam organisasi adalah praktik. Tidak sedikit mahasiswa yang berpedoman pada prinsip ini dan mengesampingkan kuliahnya.
Larut dalam Hobinya
Alasan pertama mungkin masih bisa dimaklumi karena berorganisasi mengasah keterampilan dalam dunia kerja. Tetapi, jika mahasiswa lulus lama karena terlalu asyik dengan hobinya, beda perkara. Tidak peduli hobi apapun itu, bermanfaat atau tidak, hobi tetaplah hobi karena tujuan utamanya adalah untuk bersenang-senang. Salah satu hobi yang menghabiskan banyak waktu adalah bermain game. Bagi para gamer, memainkan permainan digital adalah hal yang sangat menyenangkan dan mereka bisa lupa waktu saat melakukan hal tersebut. Terlebih lagi, biaya yang dikeluarkan untuk bermain game tentu tidak sedikit, apalagi untuk beli laptop gaming atau VGA dengan spesifikasi tinggi. Dengan mengutamakan hobi ketimbang kuliah, mahasiswa telah memilih pilihan yang salah.
Sudah Punya Pekerjaan
Tidak semua mahasiswa yang belajar di kampus adalah murni mahasiswa. Mereka kadang harus bekerja atau mencari uang untuk membiayai kuliahnya. Mereka bisa bekerja di instansi tertentu atau membangun bisnisnya sendiri. Akan lebih bermasalah lagi jika jadwal kuliah bertabrakan dengan jadwal kerja. Hal ini sering dialami jika dosen sering memindah jadwal kuliah tanpa persetujuan dengan mahasiswa terlebih dahulu. Sebagai alternatif yang aman, mahasiswa bisa bekerja sebagai guru les privat yang tidak memakan banyak waktu dan jadwalnya bisa disesuaikan dengan keinginan murid. Mahasiswa tipe ini mungkin tidak bisa berkosentrasi penuh pada kuliahnya dan tidak bisa bersikap adil pada dunia kampus maupun dunia kerja.
Skripsi
Mungkin kamu bisa menyelesaikan 138 SKS dari keseluruhan 144 SKS dalam 7 atau 8 semester. Tetapi, prestasi tersebut tidak ada artinya jika kamu tidak bisa menyelesaikan skripsi dengan cepat. Tidak sedikit mahasiswa yang membutuhkan waktu beberapa tahun hanya untuk menulis satu skripsi. Karya tulis ilmiah ini memang menjadi momok tersendiri bagi setiap mahasiswa. Jika kamu gagal menulis skripsi, perjuanganmu di tahun-tahun sebelumnya tidak ada artinya. Ironisnya, mahasiswa terkadang rela melepaskan perjuangannya selama beberapa tahun karena menyerah dalam penulisan skripsi ini.
Malas
Untuk poin ini, tidak perlu dijelaskan panjang lebar. Mahasiswa yang tidak punya niat untuk kuliah sejak awal memang cenderung malas untuk berusaha. Mereka tidak mempunyai untuk lulus cepat seperti mayoritas mahasiswa pada umumnya.
ConversionConversion EmoticonEmoticon