Tidak ada bisnis yang tidak bisa jalan tanpa uang. Hal ini juga berlaku bagi bisnis waralaba. Namun, waralaba/franchise menawarkan modal yang relatif lebih kecil dibandingkan sistem bisnis lain. Untuk mendapatkan sistem ini, franchisee membayar dengan nilai yang sudah ditentukan oleh franchisee. Namun, biaya dalam waralaba bisa dibedakan menjadi dua, yaitu ongkos awal dan royalti.
(foto: maxmanroe.com)
Ongkos awal adalah biaya yang harus dibayar franchisee untuk membeli franchise dari seorang franchisor. Biaya tersebut sudah mencakup segala perlengkapan untuk menjalankan bisnis dan penggunaan merk atau HAKI. Dengan menjual franchise, franchisor juga menjual kekayaan intelektualnya yang ada dalam brand/merk. Biaya awal untuk menjalankan sebuah bisnis waralaba ternyata bervariasi. Modal sebesar Rp 5 juta bisa cukup untuk memulainya. Namun, harganya bisa saja mencapai miliaran rupiah untuk franchise yang sudah sangat terkenal.
Ongkos royalti adalah biaya yang harus dibayar oleh franchisee selama kurun waktu tertentu sebagai konsekuensi dari penggunaan merk. Biaya ini dibayarkan setiap bulan dan dihitung berdasarkan laba operasional. Tidak seperti ongkos awal yang sudah ditentukan sendiri oleh franchisor. Royalti ini sangat ditentukan oleh tingkat kesuksesan franchise. Namun, besarnya bisa ditentukan sekitar 5-15 persen dari penghasilan kotornya.
Apakah kedua ongkos tersebut menjadi beban bagi franchisee? Tentu tidak. Harga tersebut cukup rasional karena mereka tidak menanggung beban risiko besar (karena memperkenalkan merk baru) dan tidak perlu repot-repot membangun bisnis dari nol.
ConversionConversion EmoticonEmoticon